Kokgituya Kok Begitu?

Menyimak beberapa postingan media yang saat ini saya gawangi (kokgituya.com), cukup terkejut lah melihat hasil postingan yang digemari orang-orang diluar sana. Awalnya saya optimis kokgituya mampu menyajikan konten-konten mendidik dan berbeda tapi tetap disukai. Namun kenyataannya gak semudah itu karena pembaca sekarang ini lebih suka membaca apa yang menurut dia "gue banget" dan berusaha menendang konten-konten yang "bukan gue".


Cuplikan postingan diatas tadi menurut para pembaca itu 'gue banget' dan memang menjadi konten yang paling digemari, meskipun tidak semua berakhir dengan komentar positif namun konten-konten mendayu selalu punya daya tarik...lalu dimana nilai informatifnya?


Yang ini adalah salah satu contoh konten dengan jumlah klik sedikit, mungkin kegagalan konten satu ini dikarenakan bahasa dan foto yang kurang menarik atau mungkin jadi konten yang "bukan gue banget". Tapi saya rasa postingan ini sudah berusaha untuk memberikan informasi yang bermanfaat, setidaknya sudah sesuai lah dengan kaidah jurnalistik. 
Masalahnya perspektif "gue banget" dan "bukan gue" itu sukar sekali ditelaah, karena ternyata setiap orang punya preferensi yang berbeda, ada yang sama tapi tidak pernah benar-benar sama. Ini sih yang menurut saya cukup unik dan membuat bingung beberapa content strategy karena mereka dipaksa menciptakan kontent yang sesuai untuk jutaan kepala di dunia sementara untuk membuat konten bagi satu target (bisa berdasarkan gender atau usia) saja sudah lieur (bahasa sunda).
Saya jadi ingat salah satu mata kuliah yang menerangkan soal ini, bahwa kini media tak punya lagi daya untuk menuntun publik. Sebaliknya, media hadir harus berdasarkan keinginan publik. Tapi saya agak kecewa dengan mayoritas publik yang lebih memilih konten galau mendayu-dayu dan menyingkirkan konten-konten informatif, atau mungkin publik sekarang sudah kebanjiran informasi yang membuat mereka muak?
Meskipun media yang saya gawangi sekarang terkesan fun dan main-main, namun saya selalu berusaha membawa kgy (sapaan hangat kokgituya) menjadi lebih baik dan merangkul para pembacanya untuk lambat laun menyukai sesuatu yang sedikit berat namun masih tetap dalam batas wajar, tidak seperti media-media lama inisal Tem dan Repub misalnya yang menganut paham jurnalistik konvensional. Saya berusaha mencoba memadukan pemikiran jurnalistik konvensional saya dengan jurnalistik yang lebih moderen.
Ya, saya tahu hal tersebut akan sangat sulit terutama karena perubahan sosial dan tekhnologi yang pada akhirnya mengubah cara pandang dan berpikir masyarakat. Bentuk jurnalistik yang saya impi-impikan itu bisa jadi malah kehilangan ruhnya dan tergerus gaya penyampaian informasi moderen yang menitikberatkan sisi hiburannya saja (ya allah semoga saya tidak begitu, meskipun sudah hampir begitu)
Sementara ini saya cukuplah jadi penunggu dan penonton setia, saya ingin melihat bagaimana perkembangan konten-konten berita di Indonesia yang menurut saya sudah hilang "nilai-nilai beritanya" setidaknya yang tercantum dalam 9 elemen jurnalisme karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel.
Yaudah lah ya...namanya juga manusia isi kepalanya pasti beda-beda,,ya iya beda bentuknya aja gak ada yang serupa..ada yang besar , kecil, sedang...

Mari nikmati secangkir kopi susu favorit dulu sembari mendengarkan lagunya Robbie William berjudul FEEL...di Delta fm


Tertanda

Riniagustina (digabung ya)

Berbenah di Januari


Ketika setiap orang merencanakan resolusi untuk 2016, aku hanya punya satu rencana yaitu memaksimalkan apa yang kumiliki saat ini, bukan menyalahkan segala hal yang mungkin terasa kurang. Memang wajar ketika setiap individu menginginkan terus dan terus, namun makhluk yang tidak pernah puas ini sudah waktunya untuk dikerangkeng, selayaknya anjing yang terus menyalak meminta lebih dan lebih pada tuannya.
Mungkin, iya mungkin mulai saat ini aku juga ingin merevolusi blog ini dari yang sekedar senang-senang menjadi tempatku menunagkan pemikiran, asa dan juga rasa. Karena itu bersabarlah yah kalian yang sering berkunung kemari karena mungkin akan menemukan tulisan-tulisan yang membosankan atau bahkan dari judulnya saja sudah tak menarik lagi untuk di tulis:

Selamat Membaca